Tragedi Kanigoro dan Alm Ibrahim Rais

279
Foto bersama

Bagi kalangan kader Pelajar Islam Indonesia (PII), tragedi Kanigoro yang terjadi pada 13 Januari 1965, sangat membekas.

Beruntung, Saya berhasil menemui salah satu saksi mata tragedi saat subuh itu, Kanda Ibrahim Rais, yang beberapa hari lalu meninggal dunia.

Saat itu, menurut Almarhum, organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Jawa Timur sedang melaksanakan kegiatan Mental Training (Sekarang Leadership Intermediate Training) atau pengkaderan tahap dua, di Desa Kanigoro, Kediri, Jawa Timur.

Dalam kegiatan tersebut, peserta Mental Training baru selesai melaksanakan Salat Subuh. Lalu terdengarlah letupan senjata dari arah yang begitu banyak. Para anggota dan simpatisan PKI pun mulai menyerang dan memberhentikan salat dan mulai mengarak peserta training dan orang-orang dalam Masjid Kanigoro hingga Polsek terdekat.

Almarhum mengatakan bahwa dirinya bertanggung jawab penuh atas kegiatan tersebut karena menjabat Ketua Panitia. Namun, Almarhum tidak bisa berbuat apa-apa, karena juga harus menjadi korban.

“Saat itu saya kaget, banyak orang masuk ke masjid tanpa lepas alas kaki dan mulai mengobrak-abrik masjid dan kami pun peserta dan panitia serta pengurus harus dikumpul di jalanan lalu di arak sampai kantor polisi terdekat. Kami difitnah melakukan kegiatan yang tanpa izin. Lalu kami ditahan. Tragedi itu sungguh melukai hati kami para kader PII saat itu,” tuturnya.

Saat ditanya kenapa training tersebut dilakukan di Desa Kanigoro, Almarhum yang murah senyum ini menjelaskan bahwa karena Desa Kanigoro adalah salah satu desa yang saat itu mulai ada listrik serta dapat dukungan dari masyarakat setempat. “Sehingga kami pun bersepakat melaksanakan kegiatan di situ,” ungkapnya.

Saya bisa bertemu dengan saksi sejarah tragedi kanigoro karena saat itu menjadi salah satu tim instruktur pada Leadership Basic Training (pengkaderan tahap 1 PII) di Jawa Timur pada Desember 2020.

Saat itu alm diundang oleh tim instruktur untuk menjadi pemateri tamu pada training tersebut.

Saat ini Kanda Ibrahim Rais telah wafat. Namun sejarah itu sangat menginspirasi perjuangan Pelajar Islam Indonesia. Saya sendiri berterima kasih atas wejangan dan ilmu serta informasi yang diberikan oleh Alm, khususnya tentang perlakuan PKI terhadap PII. Sehingga membuat diri bersemangat melawan kedzaliman terlebih khusus pada ranah pendidikan.

Selamat Jalan Kanda Ibrahim Rais. Semoga Husnul khatimah dan semoga selalu disisi Allah subhanallah wata’alaa. Innalillahi Wa innalillahi Rodziun.

(***)

Penulis: Agung Gumelar (Kader PII Asal Sulawesi Utara)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here