Nuansa Sumpah Pemuda sampai detik ini masih terasa. Wajar, gejolak pemuda saat itu tak bisa terbendung, akibat perjuangan yang lahir dari Kongres Pemuda II 27-28 Oktober 1928 menentang penjajahan, penindasan, dan sejenisnya kala itu.
Di berbagai daerah, perayaannya beragam. Mulai dari Diskusi, Pentas Seni, Orasi, Semarak lomba tradisional, dan sebagainya. Entah formal, non-formal. Unik dan menyenangkan.
Berbeda dengan PMII Metro Manado, dalam momentum ini kita merayakan segala kekalahan. Bukan tentang persaingan, popularitas, dan unjuk gigi, tetapi Kekalahan Rakyat atas perbuatan kesewenang-wenangan dan kebiadaban negara.
28 Oktober 2021
PMII Metro Manado bersama Aliansi Rakyat Tolak PT.TMS (Tambang Mas Sangihe) guncang Polda Sulut dan Kantor Gubernur. Menuntut Polda Sulut untuk menarik seluruh anggota yang ditugaskan mengawal PT.TMS beroperasi dan Pemerintah Sulut untuk menghentikan operasi perusahan PT.TMS yang mengancam hajat hidup orang banyak.
Namun mirisnya tuntutan itu tidak diindahkan oleh Pemerintah, dikarenakan Pemerintah tidak mau menandatangani isi tuntutan yang dimaktub dalam Nota Kesepahaman. Itu artinya, pemerintah melanggengkan kesengsaraan rakyat Sangihe. Usai dari sini, masalah ini akan terus berlanjut akan ada perlawanan-perlawanan susulan yang lebih besar.

29 Oktober 2021
Siapa yang tidak betah menetap di rumah sendiri? Saya merasakan itu. Entah mengapa sampai saat ini saya bisa bertahan, ini sulit untuk dijawab. Yang pasti ada banyak kenyamanan yang diberi oleh rumah besar ini untuk kita belajar, siapa lagi kalau bukan PMII Metro Manado.
Rumah ini telah memberi warna, membesarkan tanpa pamrih, tanpa harap balas budi. Saya ingat Ketum Pertama PMII Sahabat Mahbub Djunaidi pernah bertutur, “Jangan mencari kebesaran diri di PMII, tetapi besarkanlah PMII niscaya ia akan membesarkanmu,” tuturnya.
Pesan ini kritik keras kepada setiap kader Biru-kuning yang memanfaatkan PMII untuk kepentingan pribadi, ibarat pohon yang dipakai hanya untuk berteduh. Toh, pohon juga perlu hidup. Makanya selain Hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, Hablumminalalam juga penting.
Tapi maksud saya begini, bukan berarti PMII butuh kita, bukan. Jangan dulu Ge’er. PMII tidak butuh Pemuda yang acuh, bodoh amat, eksploitatif, namun PMII butuh Kejujuran-Kebenaran-Keadilan. Butuh Pemuda yang berpihak pada Rakyat, dan lantang menolak penindasan. Itu kan Tujuannya.
Momen itu tak kalah penting dan genting. PMII Metro Manado tidak lagi pucuk dan tidak butuh diimla. Maka dari itu, Konferensi Cabang (Konfercab) PMII Metro Manado ini adalah arena tarung gagasan yang urgent, karena sejatinya organisasi adalah lumbung kaderisasi.
Dalam kesempatan itu, Deklarator PMII Metro Manado Sahabat Zainudin Pai mengungkapkan, “Dalam kegelapan, kita butuh Api untuk menerangi. Api itu siapa? Siapa lagi kalau bukan kita,” ujar Ketum Pertama PMII Metro Manado ini.
Saya menafsirkan bahwa, Negara ini terlanjur gelap gulita, terlalu larut dalam persoalan kesenjangan sosial. Pemuda harus jadi pemantik untuk memberangus segala penjajahan moral, krisis kemanusiaan, dan cacat dalam berpikir.
Kedepan siapapun nahkodanya, kita bakalan merayakan sumpah para pemuda beserta harapannya. Tanah air satu, tanah air tanpa penindasan, Bahasa satu, Bahasa tanpa kebohongan, serta Berbangsa satu, Bangsa yang gandrung akan keadilan.
Selamat menggelar Konfercab III PMII Metro Manado. “Mandiri Sikap, Berdikari Ekonomi, Komitmen dalam Gerakan”.
Salam hangat,
Taufikkurahman Darusin (Penulis receh).